Selasa, 11 September 2012

cerpen : MATAKU MATAMU


“ Cinta itu rumit. Karena ketika kau telah memilikinya, kau harus membuatnya nyaman disisimu. Cinta itu akan mati jika kau  mencekiknya terlalu kuat, namun dia akan  lepas jika kau  melonggarkan genggamanmu”
Tangan Sandra berhenti menulis saat dia melihat Revan, sahabat sekaligus orang yang dicintainya sejak dulu, berada di salah satu bangku  taman bersama Nila. Ya, Sandra hanya bisa mencintainya, bukan memilikinya. Karena sebulan yang lalu Revan pacaran dengan Nila, cewek paling populer disekolahnya.
Pikiran Sandra mulai panas, melihat tangan Revan yang membelai lembut rambut Nila. Sesaat kemudian Revan berdiri didepan Nila dan membacakan puisi cinta yang indah yang telah ditulis Sandra dengan susah payah kemarin. Sandra merasakan Paru-parunya  sulit untuk bernafas. Matanya mulai menghangat dan air mata mulai membasahi sudut matanya. Pikirannya melayang saat kemarin Revan memuji puisi cinta yang baru saja dibuatnya. Kemudian Revan memohon padanya meminta puisi itu untuk dia simpan. Sandra pun memberikan puisi itu, walaupun sebenarnya dia menulis puisi itu dengan susah payah untuk dia kirimkan ke sebuah redaksi majalah terkenal. Tapi ternyata, puisi itu bukan untuk disimpan, melainkan untuk diberikan pada Nila.
Sandra pun  segera beranjak dari bangku taman yang dia duduki itu. Dia bergegas berlari ke toilet. Tangisannya tak terbendung lagi. “kenapa kamu harus menangis Sandra? Bukankah kamu tau sejak dulu Revan hanya menganggapmu sahabat? Tidak pernah lebih dari itu ! sebanyak apapun kamu berkorban untuk dia, kamu nggak akan pernah bisa memiliki hati dia ! Sadarlah Sandra ! siapa dirimu ?  kamu itu nggak ada pa-apanya dibandingin Nila! berani-beraninya kamu mencintai Revan ? dan parahnya kamu masih nekat mencintai dia meskipun kamu tau Revan milik Nila !!! kamu itu bodoh Sandra ! sangat bodoh !! Apa lebihnya dirimu dibandingin Nila?”
Sandra merutuki dirinya sendiri. Dia merasa begitu bodoh selama ini mengharapkan cinta Revan untuknya. Dia melihat bayangan wajahnya di cermin. Wajahnya sangat berantakan. Rambutnya yang panjang acak-acakan dan  matanya terlihat sembab. Dia segera mencuci mukanya. Setelah agak tenang diapun keluar dari toilet.
“Sandra !” panggil Beny saat melihat Sandra keluar dari toilet. Sandra menoleh dan berusaha tersenyum melihat Beny. “Kamu habis nangis ya?!” Tanya Beny kemudian setelah mereka berdiri berhadap-hadapan.
“Hahaha.. enggak,, aku nggak nangis, aku tadi kelilipan, terus aku kucek pake tangan,,ee.. malah jadi perih.”  Jawab Sandra bohong.
“oo..kalo gitu, ikut aku yuk! Aku mau tunjukin sesuatu ke kamu! Siapa tau habis itu mata kamu sembuh!” Ucap Beny. Tanpa persetujuan Sandra, Beny langsung menggandeng tangan Sandra dan mengajaknya ke belakang sekolah. Di belakang sekolah itu, ada pagar pembatas luar lingkungan sekolah.Sandra agak merinding ketika tau Beny mau mengajaknya ke belakang sekolah. Karena selama ini dia dan semua murid SMA Kartini sangat percaya pada cerita mistis tentang halaman belakang sekolah itu. Dengan cekatan Beny membuka kunci pintu pagar itu. Sandra takjub melihat pemandangan  yang ada di balik pagar itu.
“Wow.... gila.. bagus banget Ben!!” serunya kemudian
“haha...keren kan San?!” balas Beny  senang.
Di balik pagar itu rerumputan kecil yang disekitarnya ada pohon-pohon menjulang tinggi, memang terlihat angker, tapi indah bagi Sandra. Di salah satu sudutnya ada gundukan tanah mirip bukit kecil yang ditumbuhi rumput-rumput kecil. Di dekat bukit kecil itu ada pohon trembesi yang besar, sehingga bukit kecil itu teduh.
Beny  tersenyum kecil melihat Sandra yang takjub melihat tempat favoritnya itu. Beny pun kembali menggandeng tangan Sandra dan mengajaknya berjalan ke atas bukit kecil itu.“Welcome to bukit bolos Sandra ! di sini tempat favorit aku kalo aku lagi males dengerin guru ceramah! Hehehe.” sambut Beny.
“Ben, gimana caranya kamu bisa berani kesini? Bukannya tempat ini terkenal angker ?”  tanya Sandra penasaran.
“Hahaha.. aku  itu orangnya nggak gampang percaya sama cerita horor, jadi aku  coba buktiin sendiri. Ternyata itu Cuma cerita kan?? Tempat sekeren ini dibilang horor!” jawab Beny santai.
Sandra terlihat senang ada di bukit itu. Dia berdiri dan merentangkan tangannya ke arah angin berhembus. Matanya terpejam menikmati suasana dibukit itu. Rambutnya yang panjang berkelebat diterpa angin. Beny duduk dibawah pohon trembesi di bukit itu. Sebenarnya dia tau apa yang sedang dirasakan gadis yang dicintainya itu. Dia tau bahwa Sandra menyukai Revan. Dan dia tau Sandra berbohong padanya tadi. Beny tersenyum senang, melihat wajah Sandra yang begitu damai menikmati hembusan angin. Dalam hatinya terbesit keingingan untuk menyatakan perasaanya pada Sandra.
“sandra... sandra... seandainya kamu  mencintaiku pasti kamu tidak akan menangis seperti tadi.” Gumamnya kemudian.
“Ben, kamu ngomong apa tadi, aku nggak denger ?” ucap Sandra tiba-tiba.
“Eh? Nggak.. aku nggak ngomong apa-apa, emm, mata kamu udah sembuh?” ucapnya salah tingkah.
 “ha?mata? emang kenapa mata aku?” Sandra lupa pada bohongnya.
“lho? Bukannya tadi kamu bilang mata kamu kelilipan?”
“o,, o iya,, udah,,udah sembuh kok, hehe..” jawab Sandra dengan salah tingkah pula. Sebenarnya Sandra tau apa yang baru saja diucapkan Beny. Dia hanya berpura-pura. “kenapa aku harus jatuh cinta ke Revan ya? Padahal aku tau, Revan itu Cuma ada dideketku kalo dia butuh bantuanku. Sedangkan Beny, dia selalu setia ngehibur aku setiap saat.”Batin Sandra.
“woe..!! kok bengong!” seru Beny di dekat telinga Sandra.
“Ben kamu sering ngajak cewek kesini ?” tanya Sandra kemudian.
“hahaha, ya enggak lah, sebelumnya aku nggak pernah ngajak siapapun kesini. Kamu tamu pertama aku di bukit bolos ini.” Jawab Beny dengan senyum lembut di bibirnya, membuat wajah cowok itu terlihat sangat manis. Sejenak Sandra memperhatikan wajah Beny. Ada guratan rindu di wajah itu. Sandra menghela napas, “Ben, kenapa aku nggak jatuh cinta ke kamu ya?” Bantinnya lagi.
@@@
Seminggu kemudian Beny mengajak Sandra ke sebuah kafe. Mereka duduk di meja dekat jendela di kafe itu. kafe itu tidak terlalu ramai juga tidak terlalu sepi. Hal itu memungkinkan Sandra mengamati seluruh pengunjung kafe. Tiba-tiba matanya berhenti pada sosok gadis cantik yang seumuran dengannya, berambut panjang, dan memakai bando biru. “Eh, Ben, itu Nila kan?” tanyanya pada Beny sembari menunjuk ke arah tempat duduk Nila. Beny pun mengikuti arah tangan Sandra. “Heeh, itu Nila, sama siapa ya dia kesini? Pasti sama Revan!” ucap Beny sambil mengaduk-aduk jus jeruknya. Sesaat kemudian ada seorang cowok yang baru masuk kafe itu. cowok itu berjalan mendekati Nila dan mencium kening Nila. Nila begitu gembira melihat cowok itu datang.
“Ben, itu bukan Revan kan?” tanya Sandra lagi.
“Iya, itu bukan Revan!” Jawab Beny santai.
Merekapun kembali mengamati Nila dan cowok itu. Nila terlihat sangat akrab dengan cowok itu. Bahkan, sesaat kemudian, si cowok itu ngeluarin kotak kecil dari sakunya. Diapun membuka kotak itu, dan ternyata, kotak itu berisi cincin.Nila tersenyum gembira melihat surprise itu, si cowok pun memakaikan cincin itu di jari manis Nila. Sandra terlihat shock dengan apa yang baru dilihatnya.
“Nila, kamu jahat banget sih?! Kamu nggak kasihan apa sama Revan?” gumamnya kemudian. Sementara Beny terlihat santai dengan semua yang dilihatnya. Seolah-olah dia sudah biasa melihat kelakuan Nila. Nafas sandra tak beraturan karena emosi. Diapun mengajak Beny keluar dari kafe itu.
“Ben, kasih tau Revan nggak ya? Aku kasihan sama dia, Ben?!” tanya Sandra setelah mereka dalam perjalanan pulang.
“jangan San, biar Revan tau sendiri. Ntar kalo kamu kasih tau dia,pasti dia nggak percaya!”
“Iya sih Ben! Aku masih nggak percaya kalo Nila itu kayak gitu !”
“yaelah,San, kemana aja kamu? Kok baru tahu Nila kayak gitu?!”
“maksud kamu?” tanya Sandra heran.
“Nila itu dari dulu kayak gitu, dia itu mau pacaran sama Revan, Cuma biar dia bisa tambah eksis disekolah.”
“ha? Yang bener? Gimana kamu bisa tau? Kamu ngomong kayak gitu bukan karena kamu diem-diem suka sama dia kan?”
“hahahaha, ya enggaklah ! Nila itu temenku sejak TK. Dia juga masih saudara sama aku. Aku nggak suka sama dia,San.”
“oh, ya? Lalu kamu suka sama siapa dong?” tanya Sandra yang tambah heran dengan jawaban Beny.
“mmm, aku suka kamu, San!” jawab Beny santai.
“ha? Hahahaha... kamu itu nyebelin banget, aku tanya serius kamu malah bercanda, hahaha!” balas Sandra renyah. Dia mengira perkataan Beny itu hanya joke belaka. Beny terdiam mendengar jawaban Sandra. “itu berarti kamu nolak aku,San !” batinnya kemudian.
@@@
Sore itu Revan membeli setangkai mawar merah untuk Nila. Wajahnya terlihat segar dan gembira. Hari itu adalah hari ulang tahun Nila. Sebuah kalung yang indah terbungkus rapi didalam kotak kado berbentuk hati yang telah disiapkan Revan. Dengan semangat dia memacu motornya ke rumah Nila. Lima belas menit kemudian, Revan telah memasuki halaman ruamah Nila. Rumah itu terlihat rapi dan indah walaupun mungil. Pintu depan rumah sedikit terbuka. Revan pun memutuskan untuk langsung masuk kerumah Nila tanpa mengetuk pintu.
Baru dua langkah memasuki rumah itu, kepala Revan bagaikan disambar petir disiang hari bolong. Dia melihat Nila berciuman diruang tamu dengan seorang cowok yang tidak dikenalnya. Kado dan bunga mawar yang dipegangnya jatuh ke lantai. Nila dan si cowok itu kaget melihat kedatangan Revan. Tanpa sepatah katapun Revan keluar dari rumah itu, dan memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Malangnya, saat di tikungan, dia tidak mampu mengendalikan motornya. Diapun menabrak pohon besar di tepi jalan. Tubuhnya terpental cukup jauh, dan kepalannya membentur trotoar. Revanpun tak sadarkan diri.
@@@
Sudah dua jam Revan ada di UGD. Kedua orangtuanya, Sandra, dan Beny terlihat panik menunggu pintu UGD terbuka.  “keadaan Revan baik-baik saja. Hanya saja kedua matanya mengalami gangguan akibat benturan di kepalanya, yang menyebabkan Revan buta. Tapi hal itu bisa diatasi jika ada donor mata yang rela memberikan matanya untuk Revan.” Jelas dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD  pada kedua orang tua Revan. Mama Revan langsung pingsan mendengar keadaan Revan. Sandra terduduk lemas tak percaya mendengar kondisi Revan.
Satu jam kemudian Revan siuman. Saat membuka mata perlahan-lahan, dia merasa sekitarnya gelap. Sangat gelap. Tanpa ada cahaya disekitarnya. Dia mulai bingung, pikirannya melayang pada hal-hal yang tidak dia inginkan. Sandra dan Beny yang tau Revan sadar segera menghampiri tempat tidur Revan.
“Van, kamu udah sadar,ya?” tanya Sandra lembut. Revan yang mengenali suara Sandra langsung duduk di tempat tidurnya. “Sandra, kamu dimana? Kenapa semuanya gelap? Ini jam berapa sih? Mati lampu ya?” cerocos Revan penasaran.
Sandra menutup mulutnya dengan telapak tangannya menahan tangis. Dia menarik napas pelan-pelan berusaha menguatkan dirinya sendiri untuk memmberi tahu keadaan Revan. “Van, aku disamping kamu. Sekarang udah jam 9 malam, tapi nggak mati lampu.” Sandra mulai terisak. Beny yang berdiri di samping Sandra pun mulai menitikkan air mata. “kenapa semuannya gelap,San?” tanya Revan lagi. “ka.. kamu.. kamu buta Revan, kamu tadi kecelakaan dan kepalamu membentur trotoar.” Sandra tak kuasa lagi menahan tangisnya. Butiran-butiran air mata membasahi pipinya. “Nggak.. nggak mungkin... pasti kamu bohong kan?” ucap Revan tak percaya, dia shock dan kembali tak sadarkan diri.
@@@
Revan duduk dilantai bersandar ke tempat tidur kamarnya. Kakinya ditekuk kedada dengan tangan melingkar ke kaki itu. Bayangan-bayangan kejadian sebelum kecelakan itu kembali melintas di otaknya. Tangannya mengepal erat. Dia merasa begitu jengah menjalani hidup. Diapun teringat semalam mamanya membawakan apel dengan pisau buah ke kamarnya. Diapun berjalan menuju meja dia samping tempat tidurnya. Tangannya meraba-raba meja itu, dan diapun menemukan pisau itu disana. Revan kembali ketempat semula. Tangan kanannya menyibak lengan baju kirinya. Lalu tangan kanannya mengambila pisau buah itu dan siap mengadunya dengan pergelangan tangan kirinya. Matanya terpejam, dia mulai meletakkan mata pisau itu dilengan kirinya. Disaat yang bersamaan, Sandra yang kebetulan menjenguk kerumahnya, shock begitu membuka pintu kamar Revan. “Revan...!!! apa yang mau kamu lakukan?” teriak Sandra histeris. Diapun langsung merangkul Revan, menangis sejadi-jadinya dipundak Revan. Revan tak bereaksi. “aku ngerasa hidup aku udah nggak ada gunanya,San. Aku udah kehilangan cewek yang aku sayang, aku juga kehilangan mata aku. Jadi buat apa aku hidup?” ucap Revan datar. “Van, kamu jangan gila! Bunuh diri itu nggak bakal nyelesaiin masalah!” ucap Sandra terpengaruh emosi. “lalu apa yang harus aku lakuin? Hari gini nyari donor pasti susah! Dan aku  nggak siap kalo harus buta selamanya. Lebih baik aku mati,San!” balas Revan yang kembali mengambil pisau itu. “Van !! kamu nggak boleh bunuh diri. Oke, aku janji lusa kamu bakal dapat donor. Kamu percaya sama aku. Kalo lusa kamu belum dapat donor, kamu boleh bunuh diri!” setelah berkata seperti itu Sandra pun keluar dari Rumah Revan.  Dia pulang kerumahnya dan menuju kamarnya. Sesampainya kekamar dia mencari-cari kertas dan polpen. Diapun mulai menulis 2 buah surat.
“Ayah, Bunda maafin semua kesalahan Sandra ya? Maafin Sandra, karena Sandra harus ninggalin kalian dengan cara seperti ini. Sandra mohon, setelah Sandra pergi, berikan mata Sandra untuk Revan. Sandra sayang kalian semua.”
Setelah menulis surat itu Sandra pun menggenggam erat surat itu ditangan kirinya. Diapun mengambil gunting yang ada diatas meja belajarnya. Sandra berbaring diatas tempat tidurnya, matanya terpejam, tangan kanannya menusukkan gunting itu ke perutnya. Diapun merasakan rasa nyeri yang hebat. Darah segar mengalir deras dari perutnya. Dia tersenyum melihat darah itu. kepalanya mulai terasa berat. Sekujur tubuhnya terasa dingin. Wajahnya memucat, dan dia pun akhirnya pergi.
@@@
Revan sedang duduk di bibir kolam renang di rumahnya. Separuh kakinya masuk kedalam kolam. Setelah matanya di operasi dia terlihat semangat menjalani hidup. Matanya menerawang ke dasar kolam. Dia belum tau bahwa mata yang dimilikinya adalah milik Sandra. Sesaat kemudian Beny muncul dari arah belakangnya. Tangannya membawa sebuah buku bersampul hitam yang cukup tebal dan sebuah surat. Revan yang melihat kedatangan Beny tersenyum menyapanya. “Kenapa baru kesini sekarang,Ben? Sandra mana?” tanya Revan kemudian. Beny tidak menjawab pertanyaan itu. Dia merasa muak melihat Revan. Cowok itulah yang menyebabkan cewek yang dicintainya mati. Beny pun memberikan buku hitam dan surat yang dibawanya.Buku hitam itu ternyata adalah diary Sandra. Revan bingung mendapat buku itu. Dia membuka buku itu. Revan terkejut, Karena hampir semua isi buku itu adalah puisi Sandra untuknya. Dia melanjutkan membuka surat yang dibawa Beny. Tulisan sandra dalam surat itu cukup singkat.
“Revan, aku menepati janjiku, semoga mata ini dapat menjadi cahaya untukmu”
Revan baru menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Air matanya meleleh. “Sandra, kenapa aku tidak pernah menyadari kau mencintaiku?” sesalnya.
====The end====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar