Suatu hari Tika sang ayam sedang mencari makan di
sawah. Paruhnya mengais-ngais biji padi yang tertinggal disawah. Karena sawah
itu telah dipanen, maka hanya sedikit biji padi yang bisa dimakan Tika. Diapun
terus menyusuri setiap petak sawah untuk mencari makan. Namun, biji padi yang
didapatkannya tidak sebanding dengan kelelahan yang dia rasakan. “Hheeh..
capeknya mencari makan disawah ini! Aku telah mengelilingi petak-petak sawah
ini, tapi hanya sedikit padi yang kumakan.” Keluh Tika kemudian. Tika pun memandang
kearah langit. Dia membayangkan dirinya bisa berada diangkasa dan berpetualang
mengarungi langit yang biru itu.
“Andai, sayapku ini bisa kugunakan untuk terbang,
pasti aku tidak merasa kelaparan lagi, karena aku bisa berburu biji padi ke
sawah-sawah didaerah lain yang belum dipanen.” Ucap Tika. Setelah Tika berkata
seperti itu, datanglah Rani si merpati yang sombong. Rani baru saja berburu biji
padi di sawah desa sebelah. “Hahahaha.. kamu masih lapar ya? Kasihan sekali
nasib kamu Tika! Kamu tidak bisa terbang sepertiku! Hahahaha !” Ejek Rani
setelah dia mendarat di dekat Tika.
Tika sedih diejek seperti itu oleh Rani. Tika pun
pergi begitu saja. Dia kembali membayangkan dirinya bisa terbang seperti Rani. Tika
pun menangis, karena dirinya tidak bisa seperti Rani.
Esoknya, Tika berjalan-jalan ke tanah lapang. Dia
berniat untuk berburu belalang di tanah lapang itu. Tika sangat senang ketika
sampai di tanah lapang itu. karena disana, dia melihat banyak belalang yang
sedang mencari makan.
Tika pun berlari kesana-kemari memburu
belalang-belalang itu. Namun, belalang-belalang itu dapat meloncat dengan
lincah dan tinggi, sehingga Tika kesulitan untuk menangkapnya. “Ternyata,
menangkap belalang itu juga susah, mereka sangat lincah sekali !” Kata Tika.
Sementara itu, Rani yang sedari tadi menunggu
anak-anaknya yang masih bayi berada disarang diatas pohon dekat tanah lapang
itu mengamati Tika. Rani kemudian terbang dan mendatangi Tika. “Hahaha,,, kamu
pikir menangkap belalang itu gampang? Belalang itu lincah ! susah menangkap
mereka, hahaha!” Ejek Rani lagi. “Kalau saja kamu itu bisa jadi sepertiku, kamu
bisa terbang kesana-kemari, pasti kamu akan mudah mendapat makanan, hahahaha.”
Tambah Rani.
Setelah berkata seperti itu, Rani terbang ke angkasa.
Dia ingin mencarikan makanan untuk anak-anaknya. Namun, belum lama Rani
terbang, tiba-tiba ada angin yang cukup kencang berhembus. Angin itu membuat
sarang anak-anak Rani jatuh dari pohon.
“Ciya...Ciya...Ciya..!” Teriak anak-anak Rani
meminta pertolongan. Teriakan anak-anak Rani itu didengar oleh Pito si ular
kobra yang jahat. Pito pun menghampiri sarang itu dan berniat untuk memakan
anak-anak Rani.
“Hahaha... beruntung sekali aku hari ini!” Seru Pito
girang. “Karena ibumu sedang tidak ada, maka aku dengan mudah bisa memakanmu,
hahaha!” ucap Pito lagi. Pito mulai mendekati anak-anak Rani.
“Hey,, Berhenti !” Teriak Tika yang melihat Pito
mendekati anak-anak Rani. “Jangan makan anak-anak merpati itu! mereka anak-anak
sahabatku !” Larang Tika. “Siapa kamu? Berani-beraninya kamu mengganggu
urusanku!” Ucap Pito marah.
Pito yang merasa terusik dengan kedatangan Tika,
dengan kemarahan yang besar bergerak mendekati Tika. Pito mulai menegakkan
badannya. Mulutnya mulai menyemburkan bisa beracun pada Tika. Namun, Tika dapat
menghindari semburan bisa Pito.
Pito semakin marah. Akhirnya dia pun menyerang Tika
dengan membabi buta. Tika melawan setiap serangan Pito dengan sekuat tenaga.
Namun, kekuatan Pito tidak sebanding dengan kekuatan Tika. Tika terlalu lemah
untuk menghadapi Pito.
Setelah melihat Tika yang terluka parah, Pito pun
menghentikan serangannya. “Hahaha... ternyata hanya nyalimu yang besar,
kekuatanmu sangat lemah !” Ejek Pito kemudian. “Apa yang bisa kau lakukan
sekarang?” Hardik Pito lantang kepada Tika.
“Aku mohon, jangan makan anak-anak merpati itu!
mereka masih terlalu kecil, jadi biarkan mereka hidup! Sebagai gantinya kau
boleh memakanku.” Ucap Tika memohon pada Pito. “Hhem.. baiklah jika maumu
seperti itu. Aku tidak akan memakan anak-anak merpati itu, tapi aku akan
memakanmu!” kata Pito.
Selanjutnya Pito pun memakan Tika dengan lahap.
Hanya tulang-tulang dan bulu-bulu Tika yang tersisa di sekitar sarang anak-anak
Rani.
Rani yang mengetahui Pito berada dekat pohon tempat
sarangnya begitu khawatir dengan keadaan anak-anaknya. Namun, Rani merasa lega
begitu mengetahui anak-anaknya selamat.
“Bersyukurlah, karena kau memiliki sahabat ayam yang
kumakan ini. Dia rela mati demi anak-anakmu!” Ucap Pito sebelum dia
meninggalkan sarang Rani.
Rani pun langsung menangis mendengar ucapan Pito.
Dia menyesali perbuatannya yang sangat jahat pada Tika. Dia menyesal karena
selama ini dia selalu mengejek Tika. Tapi Tika tidak pernah membalas ejekan
itu. Bahkan, dia rela mati demi menyelamatkan nyawa anak-anak Rani.
====TAMAT====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar